Om Swastiastu. Saya berbagi pengalaman sedikit. jika dihitung, saya sudah menarikan sidhakarya sejak saya duduk dibangku kuliah, hingga sekarang. Menjadi Pregina Topeng Siddhakarya itu, tidak cukup paham dan mengerti Agem, tandang, tangkep, Takeh, Olah vokal, Babad, Wirama, Wirasa, miwah Wiraga. Dimana patut nanjek, ngalih angsel dan sebagainya. Tapi juga wajib Mawinten. Tarian ini sakral, dan bukan kesenian profan. Topeng Sidhakarya menyempurnakan yajna (Siddha) sehingga berhasil baik.
Maka dipentaskan juga tidak sembarangan. Urutannya begini, ketika Ida Sulinggih sampun munggah ring pawedan, barulah Topeng dan Wayang Lemah mulai. Tidak dibenarkan mendahului sulinggih, dan Ketika sudah "ngayab", maka sebaiknya Siddhakarya juga nganteb banten sinarengan. Bukan sebaliknya. Setelah Ida Sulinggih wusan ngayab, wusan masegeh, topeng masih bebondresan. Ini agak kurang pas. Sebab Ida Sulinggih adalah representasi akasa, dan Sidhakarya adalah representasi Bumi. Maka topeng ini tarian sakral. Nah, kalau urutan pementasannya begini.
1. Panglembar Keras
2. Panglembar Tua
3. Panglembar monyer (situasi)
4. Pensara dan Wijil
5. Dalem Harsawijaya
6. Tokoh Dukuh atau Pedanda
7. Bondres
8. Siddhakarya. Puput.
.... Adnyana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar