Jumat, 19 Januari 2024

Pentingnya Otonan dan doa – doanya

 


BALI EXPRESS, DENPASAR – Otonan atau hari kelahiran dalam weton Bali, seringkali dianggap sepele dan tidak dilaksanakan. Padahal, ‘ulang tahun’ yang dilaksanakan setiap enam bulan sekali ini, sangat penting dengan rerentetan banten dan maknanya.

Setiap tahun kita semua merayakan ulang tahun pada tiap tanggal kelahiran. Namun, di Bali juga memiliki prosesi ritual untuk memperingati hari kelahiran. Dalam penanggalan Bali, weton tersebut biasanya jatuh setiap enam bulan sekali.

Sulinggih asal Mengwi, Ida Pandita Mpu Putra Yoga Parama Daksa, mengatakan, dalam Lontar Jyotisha dan Pawacakan disebutkan, pada saat weton kelahiran wajib mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan, atas diberinya kesempatan sang atman untuk dapat bereinkarnasi kembali. “Otonan itu berasal dari bahasa Jawa kuna dari kata weton dan berubah konsonan menjadi oton yang artinya lahir atau menjelma,” urai Ida Pandita Mpu Putra Yoga Parama Daksa kepada Bali Express (Jawa Pos Group), pekan kemarin.

Nah, berdasarkan apa hari kelahiran ini? ” Dalam tradisi Hindu di Bali, menentukan Otonan harus menggunakan sapta wara, panca wara, dan wuku. Jadi, tidak bisa sembarangan, karena semua itu sangat memengaruhi perilaku serta jalan hidup seseorang,” ujarnya.



Secara etimologi, lanjutnya, Otonan adalah hari kelahiran bagi umat Hindu yang datang dan diperingati setiap 210 hari sekali. Dalam lontar Pawacakan, Otonan memiliki makna mensyukuri, wara nugraha. “Kita diberikan anugerah dalam bentuk kesempatan untuk bereinkarnasi kembali membayar karma. Dalam upacara piotonan, terdapat byakala atau prayascita yang fungsinya untuk menyucikan diri, melenyapkan kekotoran batin, menjauhkan diri dari gangguan Bhutakala,” paparnya.

Diakuinya, prosesi Otonan ada kaitannya dengan catur sanak, sebagai simbolisasi atas rasa syukur. “Kita lahir ke dunia bersama empat saudara, yaitu darah, ketuban, placenta, dan ari – ari. Lewat Otonan kita berbagi dan mengingat mereka. Lalu bersyukur pada Tuhan atas hidup yang telah diberikan,” ujarnya. Dalam Otonan, beberapa perlengkapan upakara yang dapat digunakan adalah banten pajati, banten dapetan, sesayut pawetuan, dan segehan. “Banten pajati dihaturkan kepada Bhatara Guru di rong telu, sesayut pawetuan dihaturkan kepada yang manumadi atau numitis. Dan, segehan dihaturkan di bawah kepada Bhutakala,” ujarnya.


Mantram dan Doa Saat Otonan

Mantram Mabyakala atau Byakaon : Om shang bhuta nampik lara sang bhuta nampik rogha, sang bhuta nampik mala, undurakna lara roga wighnanya manusanya. Om sidhirastu Yanama Swaha.

Sesayut Bayu Rauh Sai:
Om sanghyang jagat wisesa,
metu sira maring bayu, alungguh maring bungkahing adnyana sandi
Om Om sri paduka guru ya namah. Om ung sanghyang antara wisesa, metu sira maring sabda,

Mantram Matebus Benang:
Om angge busi bayu premana maring angge sarire

Mantram Masesarik:
Kening : Om sri sri ya nama swaha. Bahu kanan : Om anengenaken phala bhoga ya nama swaha. Bahu kiri : Om angiwangaken pansa bhaya bala rogha ya nama swaha.Telapak tangan : Om ananggapaken phala bhoga ya nama swaha

(bx/tya/yes/JPR) –sumber


Tidak ada komentar:

Posting Komentar